Selasa, 02 Juni 2009

Contoh Laporan Penelitian Tindakan kelas (PTK)

Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas IIa SMPN 2 Amuntai Utara Pada Pembelajaran Biologi Semester Genap Tahun 2005/2006 Melalui “Strategy Based Student’s Request”
Rita Murtafi’ah
(Guru Biologi SMPN 2 Amuntai Utara)

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan pembelajaran Biologi menurut Depdikbud (1993: 1), ialah agar siswa mampu melakukan pengamatan dan diskusi untuk memahami konsep, mampu melakukan percobaan sederhana untuk memahami konsep dan mengkomunikasikan hasil percobaan, mampu menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan melaporkannya. Berdasarkan hal ini maka perlu digunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan mempelajari biologi tersebut.
Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang menjadi sasaran pendidikan.
Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna dalam benak siswa.
Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada jabaran konsep biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut.
Di sisi lain lingkungan menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri. Anak sebagai young scientist (peneliti muda) mempunyai rasa keingintahuan (curiousity) yang tinggi. Adalah keharusan di dalam pendekatan pembelajaran biologi untuk memelihara keingintahuan anak tersebut, memotivasinya sehingga mendorong siswa untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana terhadap objek dan peristiwa di alam (Puskur, 2002).
Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan keingintahuan anak yang tinggi itu tidak didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Masih banyak guru mengajar hanya menggunakan metode konvensional. Guru merupakan satu-satunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut diajarkan menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemahaman konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, motivasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan mekanistik.
Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal menurut Nur pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri mereka sendiri (Nur, 2002: 9). Melihat salah satu kelemahan yang dimiliki guru ini, peneliti mencoba menggunakan sebuah strategi pembelajaran, di mana anak diminta untuk menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan memotivasi mereka untuk belajar. Materi yang diajarkan adalah materi sistem syaraf dan sistem indra. Dalam materi ini banyak hal yang harus diinformasikan kepada anak, bersifat cukup abstrak, agak sulit dipahami, namun bisa disampaikan dengan strategi belajar yang bervariasi. Guru, dalam hal ini peneliti berusaha untuk mencover keinginan anak tersebut dengan menyerahkan kepada mereka cara belajar yang mereka inginkan, kemudian guru berusaha membawa dan membimbing mereka dalam kondisi yang diinginkan tadi, dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu memotivasi dan mempercepat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran. Ini akan diindikasikan dengan tingginya motivasi dan hasil prestasi belajar pada ulangan harian mereka pada materi sistem syaraf dan sistem indra.

B. Rumusan masalah
Bagaimana motivasi siswa dapat ditingkatkan melalui “Strategy based Student’s Request?”

C. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan motivasi siswa yang tergambar dari aktivitas/ respon dan hasil belajar siswa dalam PBM melalui “Strategy based Student’s Request”.

D. Manfaat penelitian
Diharapkan melalui “Strategy based Student’s Request” membantu guru meningkatkan motivasi siswa dalam beraktivitas dan dalam nilai hasil belajar dalam PBM.


II. KAJIAN PUSTAKA
A. Teori Motivasi
Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai suatu poses internal (dari dalam diri seseorang) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan perilaku dalam rentang waktu tertentu (Baron,1992; Schunk,1990 dalam Nur, 2001). Dalam bahasa sederhana,motivasi adalah apa yang membuat anda berbuat dan menentukan arah mana yang hendak anda perbuat.
Motivasi dapat berbeda dalam intensitas (kekuatan) dan arah. Gage dan Berliner (1984) dalam Nur, 2001, menganalogikan motivasi dengan sebuah mobil, dimana mesin analog dengan intensitas dan kemudi analog dengan arah.
Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik (Garner, Alexander, Gillingham, Kulikowich, & Brown,1991; Graham & Golan,1991 dalam Nur 2001).
Tugas penting bagi guru adalah merencanakan bagaimana guru akan mendukung motivasi siswa. Motivasi dapat timbul dari karakteristik–karakteristik intrinsik. Motivasi juga dapat timbul dari sumber–sumber motivasi di luar tugas.
Darliana (1999: 2) mengemukakan fungsi utama guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan pembimbing yang menyediakan hal-hal yang harus diamati, diperhatikan, dibaca, dan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
Menurut Biddueph, Symington, dan Osborn, 1986 dalam Martin dkk. (1994 : 179), dikemukakakan bahwa, Metode pengajaran guru akan mempengaruhi cara berpikir siswa. Guru yang mengharapkan siswa untuk berpikir pada tingkat tertentu, menyusun dan memakai pertanyaan, dan menerima respon siswa sesuai dengan tingkat yang diharapkan guru. Guru dapat mengendalikan apa tingkatan berpikir siswa. Bertanya pada diri sendiri dan memperkirakan jawabannya menyebabkan berpikir kreatif, merupakan sarana untuk memecahkan masalah yang pelik dan dapat membantu seorang anak untuk belajar “ menemukan situasi yang menyenangkan, meskipun orang lain merasa jemu”.

B. Makna dan Pentingnya Strategi Belajar
Strategi belajar merujuk pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajarinya, termasuk ingatan dan proses metakognitif (Nur, 2000: 7).
Tujuan utama dari strategi belajar adalah mengajar siswa untuk belajar mandiri. Bagaimanakah siswa yang dikatakan dapat mengatur dirinya sendiri? Menurut Nur (2000: 9), siswa mandiri mampu secara cermat mendiagnosis suatu situasi belajar tertentu, bisa memonitor keefektifan strategi tersebut, serta cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar tersebut sampai masalah itu terselesaikan.
Menurut Weinstein dan Meyer (1986), dalam Nur (2000: 5) mengajar yang baik mencakup mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri. Banyak pendidik sepakat dengan Weinstein dan Meyer bahwa mengajar siswa cara belajar adalah tujuan pendidikan yang penting dan mungkin yang paling utama. Mereka menyadari bahwa pendidik belum berhasil mencapai tujuan ini. Menurut Norman (1980), dalam Nur (2000: 6), perlu waktu lebih banyak untuk mengajari siswa bagaimana belajar, bagaimana berpikir, dan bagaimana memotivasi diri sendiri.
“Merupakan hal yang aneh apabila kita mengharapkan siswa belajar, namun kita jarang mengajarkan mereka tentang belajar. Kita mengharapkan siswa memecahkan masalah namun jarang mengajarkan mereka tentang pemecahan masalah. Dan. Sama halnya, kita kadang-kadang meminta siswa mengingat sejumlah besar bahan ajar namun jarang mengajarkan mereka seni menghafal. Sekarang tibalah waktunya kita membenahi kelemahan kita tersebut, tiba waktunya kita mengembangkan ilmu terapan tentang belajar dan memecahkan masalah dan memori. Kita perlu mengembangkan prinsip-prinsip umum tentang bagaimana belajar, bagaimana mengingat, bagaimana memecahkan masalah, dan bagaimana mengemasnya dalam bentuk pelajaran yang siap diterapkan, dan kemudian memasukkan metode-metode ini dalam kurikulum”. Weinstein & Meyer dalam Nur (2000: 6)

Mengajarkan strategi belajar berpedoman pada premis bahwa keberhasilan siswa banyak bergantung pada kemahiran mereka untuk belajar sendiri dan untuk memonitor belajarnya sendiri. Hal ini menunjukan pentingnya strategi-strategi pembelajaran dan belajar diajarkan kepada siswa, dimulai dari kelas-kelas sekolah dasar dan berlanjut pada sekolah menengah dan perguruan tinggi. Siswa harus mempelajari strategi-strategi yang tersedia dan tahu kapan mengunakannya dengan benar.
Belakangan ini iklim pendidikan sudah membaik, peneliti dan guru telah mulai mengembangkan strategi belajar terinci mengunakannya bersama siswa. Strategi ini pada awalnya berfokus pada membaca tetapi selanjutnya telah berhasil diterapkan pada bidang sains dan menulis (Arends, 1997).

III. METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas IIA pada SMPN 2 Amuntai Utara.
B. Kondisi Objektif Penelitian
SMPN 2 Amuntai Utara adalah tempat peneliti bertugas mengajar pada mata pelajaran Biologi. Siswa kelas IIA terdiri dari 14 orang siswa, di mana sebagian besar dari mereka selama ini mengalami kesulitan belajar dengan metode konvensional yang sering dipakai guru dalam memberikan materi pelajaran. Ini terlihat dari hasil beberapa kali ulangan harian pada materi-materi biologi selama 3 bulan terakhir. Waktu penelitian pertengahan Maret sampai akhir April 2006.
C. Pelaksanaan Penelitian
Metode yang dipakai oleh peneliti untuk meningkatkan motivasi siswa kelas IIA SMPN 2 Amuntai Utara adalah sebuah strategi belajar dengan menggunakan “Strategy By Student Request”, dimana strategi ini merupakan sebuah inovasi dari guru untuk mencoba memotivasi anak dengan meminta mereka untuk menentukan sendiri cara yang mereka kehendaki dalam mempelajari sistem syaraf dan sistem indra. Indikasi yang menunjukkan bahwa siswa termotivasi untuk belajar adalah ditunjukkan oleh respon/aktivitas yang positif dan nilai yang baik setiap dilakukan tes harian.
Dari hasil “request” siswa, disaring beberapa strategi yang telah dipilih siswa, mampu dilaksanakan, mudah dan tidak mengurangi makna pembelajaran itu sendiri. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 kali pertemuan (3 siklus) dengan setiap kali pertemuan selama 2 x 45 menit (2 jam pelajaran). Dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1) Pada tahap persiapan, guru mengajak siswa memikirkan strategi belajar tentang sistem syaraf dan sistem indra yang akan dipelajari dengan memberikan sejumlah alternatif strategi belajar yang guru ketahui kepada siswa.
2) Meminta siswa menuliskan di atas kertas “request” mereka akan strategi yang mereka pilih kemudian menyaring beberapa “request” dan memilih 3 strategi yang terbanyak dipilih siswa.
3) Pada siklus I (pertemuan 1) guru memulai pelajaran dengan strategi yang tersaring terbanyak berdasarkan hasil pilihan siswa, kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan mengadakan tes untuk melihat hasil prestasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran
4) Melanjutkan materi pada pertemuan berikutnya dengan menggunakan strategi hasil pilihan siswa yang lebih sedikit (siklus II/ pertemuan 2), kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan mengadakan tes untuk melihat hasil prestasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran
5) Pada siklus III (pertemuan 3 dan 4) dengan menggunakan strategi yang tersaring paling sedikit dipilih siswa, kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan mengadakan tes untuk melihat hasil prestasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran
Rincian kegiatan tersebut dapat dilihat pada siklus berikut:

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh 6 strategi belajar yang diinginkan oleh siswa yaitu; dengan bermain, praktikum, diskusi, teka-teki silang, mengerjakan tugas, dan mencatat/meringkas. Dari hasil ”request” tersebut tersaring 3 strategi yang dipilih terbanyak, yaitu ; bermain (urutan 1 dipilih 10 siswa), praktikum (urutan 1 dipilih 2 siswa, dan urutan 2 dipilih 7 siswa) dan diskusi (urutan 2 dipilih 4 siswa dan urutan 3 dipilih 8 siswa), sedangkan strategi lainnya dipilih kurang dari angka-angka di atas. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas/respon siswa dan hasil nilai siswa pada ketiga siklus yang terdiri dari 3 strategi (4 pertemuan) terpilih diperoleh data nilai dan data respon siswa yang dapat dilihat pada gambar 4.1 dan tabel 4.1 pada lampiran yang dapat diuraikan dalam refleksi hasil penelitian sebagai berikut:
Refleksi pertemuan 1
Dengan setting belajar sambil bermain yang dipilih oleh siswa sebagai strategi belajar yang paling mereka senangi, guru dan siswa mencoba mengkondisikan materi pembelajaran Sistem Syaraf sedemikian rupa sehingga siswa yang tadinya tidak banyak beraktivitas/pasif mulai terlibat dalam permainan, setiap siswa diberi kesempatan untuk ikut bermain dan belajar dalam kelompoknya dan dalam kelas. Guru menggambarkan sel syaraf secara sederhana, kemudian siswa meletakkan kartu nama-nama bagian sel syaraf tersebut. Kemudian guru juga menyediakan kartu untuk menyebutkan bagian-bagian dari system syaraf, sehingga siswa berebut untuk menyusun kartu yang sesuai dengan jalur/aliran system syaraf sehingga terjadinya gerak.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran ini terlihat sangat jelas. Semua siswa antusias mengerjakan tugas dan tidak terlihat rasa enggan atau takut untuk mengerjakan dan maju ke papan tulis, berebut mencari kartu jawaban serta mengacungkan tangan untuk merespon salah atau benar rekannya mengerjakan tugas. Memang ada beberapa di antaranya yang belum pas jawaban tugas, namun mereka tidak malu, karena hal tersebut juga dilakukan berulang-ulang dan bergantian, akhirnya semua siswa dapat mereplay kembali ingatan mereka untuk memahami materi syaraf tersebut. Hal ini juga terlihat pada hasil tes tentang sitem syaraf pada akhir pelajaran. Sebanyak 5 orang siswa memperoleh nilai 10. Dari gambaran di atas, materi pelajaran syaraf ternyata dapat dilakukan sambil bermain, siswa gembira dan karena mereka melakukannya sendiri akhirnya mereka memperoleh nilai yang lumayan bagus.
Refleksi pertemuan II:
Strategi yang digunakan adalah praktikum. Materi yang diajarkan tentang sistem indra. Pada pertemuan kedua ini siswa diinformasikan bahwa penilaian yang dilakukan adalah penilaian kelompok. Jika kerjasama antar mereka dalam kelompok terjalin dengan baik, maka setiap siswa yang berada dalam kelompok akan memiliki nilai yang sama satu sama lain. Jika satu orang nilainya jelek, maka yang lain juga akan jelek. Begitu juga sebaliknya. Dari pengamatan guru yang mengobservasi siswa tercatat ada 2 orang siswa yang tidak terlibat secara penuh. satu orang lebih banyak diam sedangkan satunya lagi lebih banyak mengganggu rekannya yang lain. Ketidakterlibatan 2 orang siswa secara penuh ini dikarenakan guru lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk mengerjakan LKS yang disediakan secara mandiri. Guru hanya mengontrol sekali-sekali di samping guru juga sambil mengobservasi murid. Namun secara umum, siswa terlibat aktif dalam praktikum, baik dalam mengerjakan tugas seperti tertuang dalam LKS, bekerjasama dalam kelompok praktikum dan melakukan diskusi dalam kelompok mereka. Kegiatan PBM dengan strategi praktikum dapat berjalan dengan baik dan motivasi anak dapat dipelihara sampai akhir pelajaran.
Refleksi pertemuan 3 dan 4:
Strategi yang digunakan adalah diskusi. Materi yang diajarkan masih tentang sistem indra. Siswa yang tercatat tidak terlibat dalam diskusi kelas ada 5 orang. Ketidakterlibatan mereka terekam dalam lembar observer karena tidak ada memberikan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau pun menanggapi diskusi. Ada kemungkinan suasana yang lebih serius dibandingkan dua strategi sebelumnya mempengaruhi keberanian siswa dalam beraktivitas. Ini terlihat dari respon siswa dalam 2 kali pertemuan diskusi ada saja siswa yang tidak terlibat aktif. Namun hal ini tidak mengurangi keterlibatan siswa yang lain dalam berdiskusi. Guru mencoba untuk memberikan motivasi/dorongan lebih agar anak yang belum terlibat dapat bergabung, namun dominasi di antara beberapa orang siswa yang terlihat cukup antusias dalam bertanya, mengeluarkan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari rekan maupun guru menyebabkan siswa yang kurang partisipasi tadi tetap dalam kondisinya. Namun guru juga memaklumi keberanian siswa untuk berkomunikasi masih memerlukan waktu lebih lama dalam berlatih. Nilai yang diperoleh oleh siswa pada saat akhir pelajaran juga kurang maksimal, mungkin karena banyaknya hasil diskusi yang belum focus pada inti pembelajaran. Pada strategi ini siswa lebih banyak bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat pribadi, waktu yang diperlukan lebih lama, sementara pengarahan guru juga kurang focus. Tetapi nilai positif yang dapat diperoleh dengan strategi ini, anak yang berkemampuan lebih secara verbal dapat terayomi. Mereka akan merasa partisipasi mereka dalam aktif berdiskusi dapat tertampung.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Motivasi siswa dapat meningkat dalam setiap kali pertemuan dengan menggunakan strategi pembelajaran berdasarkan permintaan mereka (strategy based student’s request). Hal ini terlihat dari respon/aktivitas positif (+) yang dilakukan siswa dalam kegiatan PBM, di samping nilai siswa juga dapat lebih diperbaiki.
B. Saran
Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam perencanaan pelajaran dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk ikut aktif dalam PBM dan dapat memotivasi siswa dalam memperoleh nilai yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1993. Kurikulum Pendidikan Dasar Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdikbud.
Arends, R.I. 1997. Classroom Instruction and Management. NewYork: The Mc Graw Hill Companies, Inc.
Darliana .
Nur, M. 2000. Strategi-Strategi Belajar. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Nur, M. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk Belajar. Buku ajar mahasiswa: Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Pusat Kurikulum. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar, Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Biologi, SMP dan MTs. Jakarta: Balitbang Depdiknas.
Reed, J.S. Arthea & Bergemann E.V. 1994. A Guide To Observation, Participation, and Reflection in The Classroom, Ed-4. Toronto, University of North Carolina at Asheville.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar